Sejak awal berdirinya paroki Pusat Damai, tugas pelayanan umat diserahkan kepada para saudara dari Ordo Kapusin dan dibantu oleh para Suster dari Konggregasi SFIC. Sadar atau tidak, semangat Fransiskan turut serta mewarnai karya pengabdian para Pastor, Bruder dan Suster selama kurang lebih 50 tahun. Cara hidup dan penghayatan akan pentingnya nilai-nilai kemanusiaan yang telah mulai dirintis Fransiskus hampir 800 tahun yang lalu, menjadi pilar-pilar penopang dalam tugas pewartaan Kabar Gembira. Semangat "BERSAUDARA DAN BER-SESAMA" yang coba dihayati para Pastor, Bruder maupun Suster dalam pelayaan umat, membuat tetap eksisnya pewartaan Kabar Gembira di Paroki Pusat Damai.
Prinsip "BERSAUDARA DAN BERSAMA", dilihat sebagai dasar di mana setiap orang dihargai sebagai pribadi yang unik, yang khas, yang "baik adanya". Setiap orang, tanpa memandang suku, adat-istiadat, golongan, pangkat/ jabatan maupun bahasanya, harus dihormati sebagai saudara yang telah diciptakan sama dan sederajat di hadapan Allah. Oleh karena itu, setiap orang diharapkan mampu menerima orang lain apa adanya dia.
Prinsip itu sendiri selaras dengan warta Gembira yakni bahwa setiap orang harus diselamatan. Setiap pribadi harus mendapat bagian dalam kabar gembira Yesus Kristus. Sebab Yesus diutus untuk menjadi sukacita bagi seluruh bangsa. Di samping itu, Yesus juga bersabda, bahwa tandanya kita mengasihi Dia ialah jika kita mau mencintai sesama, mau menerima mereka apa adanya. Yesus telah dan selalu menjadi sesama untuk semua. Inilah pola dan cara pelayanan Yesus, dan juga yang dilakukan St. Fransiskus dari Assisi. Inilah pula yang harus dibuat oleh setiap orang Kristen.
Pola pelayanan yang bertitik tolak pada prinsip "BERSAUDARA DAN BER-SESAMA" ini, tetap menjadi tantangan dan harapan Gereja Katolik di Paroki Pusat Damai. Menjadi saudara bagi yang lain di dalam tugas pelayanan, bukanlah hal yang gampang. Banyak faktor yang bisa menghalangi terciptannya rasa persaudaraan antar seluruh umat, seperti, latar belakang suku, budaya, bahasa, adapt istiadat, maupun mentalitas setiap pribadi. Di pihak lain harus diakui bahwa pengaruh gaya hidup individualisme yang semakin merasuki hampir seluruh masyarakat dewasa ini, baik yang tinggal di kota maupun di kampung-kampung, memaksa semua elemen untuk mencari solusi yang tepat agar persaudaraan itu tetap dipelihara dan dihidupi di segala aspek kehidupan, sehingga setiap orang merasa hidupnya aman, damai dan bahagia.